Rasulberkata, ' Ya Abdal Qodir, iftakh faka! (Abdul Qodir bukalah mulutmu!)'. Ia membuka mulutnya dan diludahi nabi tujuh kali. Setelah itu nabi pergi dan waktu masuk dhuhur. Setelah sholat dhuhur, ribuan orang datang. 'Ya Abdal Qodir, segeralah kamu ajari ilmu pada sekian orang banyak!'. Syekh Abdul Qodir sudah duduk hendak Jakarta, NU Online Cucu ke-25 Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, Syekh Muhammad Fadhil Al-Jailani bersilaturahim ke Pesantren Khas Kempek Cirebon Jawa Barat, pada Kamis 24/2/2022. Mendampingi sang syekh di depan jamaah, Pengasuh Pesantren Khas Kempek KH M. Musthofa Aqil menyampaikan kisah syekh kelahiran Turki itu berkeliling dunia untuk mencari sejumlah kitab kakeknya. Menurut Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama PBNU itu, mulanya Syekh Fadhil didatangi oleh Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam kondisi antara tidur dan terjaga. Hal itu ia alami sampai lebih dari sepuluh kali. Dari perjumpaan dengan Syekh Abdul Qadir, Syekh Fadhil mengaku diberi mandat oleh sang kakek untuk mencari kitab karyanya yang tersebar di penjuru dunia. Setelah yakin, Syekh Fadhil pun memantapkan diri untuk melakukan amanah itu. Padahal, keturunan Syekh Abdul Qadir Al-Jilani ada banyak di dunia ini, tapi hanya Syekh Fadhil yang mendapat kepercayaan untuk melakukan tugas khusus ini. “Akhirnya, Syekh Fadhil bertekad untuk mewakafkan jiwa, pikiran, ilmu, dan hartanya untuk khidmah kepada Syekh Abdul Qadir Al-Jilani mencari kitabnya. Syekh Fadhil pun berkeliling dunia hingga 33 tahun untuk mencari kitab-kitab tersebut dan mendapat 114 judul kitab Syekh Abdul Qadir Al-Jilani,” terang Kiai Musthofa. “Padahal, cucu Syekh Abdul Qadir al-Jailani itu ada ribuan, di Makkah, Madinah, Syuriah, dan tempat lainnya,” imbuhnya. Dari 114 judul kitab yang ditemukan, lanjut Kiai Musthofa, semuanya terdiri dari berbagai cabang disiplin ilmu agama seperti nahwu, sharaf, badi’, balaghah, fiqih, ushul fiqih, hadits, tafsir dan lainnya. Dari total judul yang ada, hanya 28 yang masih bisa dicetak. Sementara, dalam kesempatan itu Syekh Fadhil menyampaikan kekagumannya kepada Indonesia. Ia mengaku sudah sering melawat ke Indonesia sejak lima belas tahun yang lalu. Dari kunjungannya itu, ia kagum dengan Indonesia dan menganggapnya sebagai negara kedua setelah tanah kelahirannya, yaitu Turki. Lebih lanjut, Syekh Fadhil bahkan mengungkapkan kecintaannya kepada Indonesia semakin bertambah. Di hatinya kini, Indonesia laksana negara pertama baginya. “Hampir 15 tahun saya berkunjung ke Indonesia dan menganggapnya sebagai negara kedua, tetapi mulai saat ini saya menganggap Indonesia adalah negaraku,” ucap Syekh Fadhil bangga dan disambut tepuk tangan para jamaah. Ia mengaku, pada kunjungannya kali ini merasa lebih bahagia dibanding kunjungan-kunjungan sebelumnya. Sebab, kunjungan tersebut adalah yang pertama sejak pandemi Covid-19. Ia merasa sangat rindu kepada Indonesia dan orang yang dijumpainya saat ini, yaitu Kiai Musthofa. Selain itu, alasan lain yang membuat ia sangat bahagia adalah karena Tafsir Al-Jilani karya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang ditahqiq langsung oleh dia sudah diterjemahkan semua ke dalam bahasa Indonesia sebanyak enam jilid dan kabarnya akhir bulan Februari ini sudah selesai cetak. Dalam kesempatan itu, tampak Syekh Fadhil mengenakan jubah berwarna hijau lengkap dengan imamah dan syal berwarna hijau pula. Sementara Kiai Musthofa yang mendampinginya di depan jamaah tampak mengenakan jas putih, sarung hijau, imamah putih dan sorban hijau di pundak kirinnya. Untuk diketahui, Syekh Fadhil merupakan cucu ke-25 Syekh Abdul Qadir Al-Jilani yang lahir pada 1954 di Desa Jimzarok, Provinsi Qurtalan Timur, Negara Turki. Beliau tinggai di Istanbul, ibu kota Turki. Semasa kecilnya, beliau diasuh oleh kakeknya Syekh Muhammad Shiddiq Al-Jailani dan ayahanya Syekh Muhammad Faiq al-Jailani al-Hasani. Kontributor Muhamad Abror Editor Syamsul Arifin Arwani Muhammad (2018) Khilafah dalam perspektif Abdul Qadir Al Jailani: studi Tafsir Al Jailani. Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. Aryani, Erlina Rizqi Dwi (2018) Peran guru muda dalam meningkatkan motivasi belajar anak difabel di lembaga Cita Hati Bunda Sidoarjo. Masters thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya. Dalam kajian tasawuf, syekh Abdul Qadir al-Jailani merupakan sosok yang tak asing lagi. Orang-orang sufi menyebutnya sebagai Sulthanul Aulia, raja para wali, sedangkan di Barat dikenal sebagai Shultanof of The Saints, raja orang-orang suci. Kisah Syekh Abdul Qadir al-Jailani ini menarik untuk dibincangkan, karena karomah-karomah melegenda yang dimilikinya. Hal tersebut tak lepas atas ikhtiarnya menjadi hamba yang takwa kepada Allah SWT sekaligus manusia pilihan untuk menebar teladan umat manusia bagi mereka yang mau mengambil hikmah. Kendati Nabi Muhammad SAW merupakan khatamul anbiya penutup para nabi, hakikatnya Allah tidak pernah berhenti mengutus orang-orang pilihan untuk memberi petunjuk kepada manusia yang tersesat. Manusia pilihan itu disebut dengan para wali yang kedudukan derajatnya tetap lebih unggul para nabi dan rasul. Syahdan, atas izin Allah para wali ini memiliki karomah-karomah atau sesuatu kejadian luar biasa yang bisa dikatakan tak masuk nalar manusia yang hanya terjadi kepada mereka berpangkat waliyullah atau kekasih Allah. Memang, bukan hanya para wali yang dapat melakukan hal-hal di luar nalar manusia. Para dukun, penyihir, dan mereka yang memiliki ilmu gaib juga bisa seolah-olah memiliki karomah. Namun, itu sesuatu yang berbeda. Para wali menggunakan karomahnya untuk mengajak manusia pada kebenaran Tuhan, tidak meminta agar disembah, kesaktiannya tidak bertujuan menyakiti orang lain, mencegah kemungkaran di muka bumi, dan sebagai pertunjukkan adanya keagungan Allah yang diberikan kepada manusia. Sebaliknya, mereka yang bukan wali menggunakan kelebihannya mengajak pada kemusyrikan, melukai orang lain, dan kesesatan lainnya yang jauh dari nilai-nilai kebenaran. Dari sekian banyaknya karomah yang dimiliki Syekh Abdul Qadir al-Jailani, penulis hanya mencatat tiga karomah. Pertama, dimulai dari rekam jejaknya saat dalam kandungan, yaitu al-Jailani seorang anak yang dilahirkan dari perempuan yang usianya sangat renta, yaitu 60 tahun. Padahal, usia tersebut sangat tidak memungkinkan bagi Wanita yang dapat melahirkan secara normal dan sehat, tetapi ini kehendak Allah yang telah mengatur segalanya. Konon, sejak bayi al-Jailani telah berpuasa. Tatkala bayi yang kerap menangis saat kehausan, saat puasa al-Jailani enggan menyusu sampai waktu maghrib tiba ia baru kemudian menangis. Tanda bukti, ia berbuka dan meminta untuk menyusu. Sampai-sampai orang di sekitarnya kerap bertanya pada ibu al-Jailani untuk memastikan waktu Ramadhan, yang mana zaman dahulu masih sulit menentukan terlihat atau tidaknya hilal. Kedua, saat usia al-Jailani menginjak remaja ia hendak membajak sawah di ladang dengan seekor sapi. Tiba-tiba seekor sapi dapat berbicara seperti halnya manusia, sapi itu mengatakan, “Hai Abdul Qadir, engkau tidak dijadikan untuk ini dan tidak diperintahkan Mendengar itu, ia ternganga dengan keajaiban yang ada. Ini mungkin peristiwa aneh, tapi demikian Allah Maha Berkehendak. Alhasil, al-Jailani berpamitan pada ibunya untuk meminta izin menuntut ilmu. Ibunya, bertanya mengapa putranya tiba-tiba berpikir demikian. Al-Jailani menceritakan kisahnya, sang ibu terharu dan menyadari anaknya tidak dilahirkan menjadi orang biasa, melainkan ditakdirkan memiliki derajat mulia sebagaimana waliyullah. Al-Jailani menuntut ilmu, dengan berbagai suka dan duka, hingga tumbuh menjadi seorang ilmuwan dan sufi yang dikagumi banyak orang. Ketiga, berdasarkan dari sumber menurut Syaikh Ja’far al-Barzanji sebagaimana yang dijelaskan dalam karangannya yang berjudul Al-Lujain Ad-Dhani. Kisah seorang Wanita yang menitipkan anaknya untuk belajar dan mengabdi kepada Syekh Abdul Qadir. Namun, suatu hari ibu tersebut menjumpai anaknya sangat kurus dan tidak terurus tengah memakan roti yang kasar. Hal itu dikarenakan, tirakat yang harus ditempuh suluk agar mujahadah, melawan hawa nafsu. Melihat itu, ibunya marah kepada Syekh Abdul Qadir yang justru sedang menikmati tulang belulang ayam. Lantas Syekh Abdul Qadir mengumpulkan tulang-tulang tersebut, atas izin Allah tulang ayam yang remuk tadi, berwujud menjadi ayam hidup. “Jika anakmu sudah dapat seperti ini, ia boleh makan apapun yang dikehendaki,” ujar Syekh Abdul Qadir. Demikian tiga dari sekian banyak karomah yang dimiliki Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Kiranya dari adanya karomah tersebut, kita dapat mengambil hikmah. Yakni, siapapun yang bisa mengistimewakan Allah mengabdikan diri dari segala kehidupannya, maka Allah akan mengistimewakan manusia tersebut atas izinnya. Para wali merupakan orang-orang yang mengistimewakan Allah di atas segala-galanya, dunia yang fana tidak mampu menggoyahkan hatinya untuk terus memprioritaskan hatinya hanya berzikir menyebut Allah yang esa. MANQOBAH KEDUA: BEBERAPA MACAM TANDA KEMULIAAN PADA WAKTU SYAIKH ABDUL QODIR DILAHIRKAN. Sayid Abu Muhammad Abdul Qodir Jaelani dilahirkan di Naif, Jailani Irak pada tanggal 1 bulan Romadhon, tahun 470 Hijriyah, bertepatan dengan 1077 Masehi. Beliau wafat pada tanggal 11 Rabiul Akhir tahun 561 Hijriyah bertepatan dengan 1166 Masehi, pada usia Maret 27, 2021 Syekh Abdul Qodir Aljailani, adalah seorang ulama kharismatik yang memiliki banyak sekali keistimewaan dan karomah sakti. Beliau adalah putra ulama kondang yang sangat wara’ yang bernama Syekh Abu Shalih. Garis keturunan Syekh Abdul qodir aljailani bersambung sampai Baginda Rasulullah SAW baik dari garis ibu maupun ayah. Semasa kecil ilmu agama menjadi santapan keilmuan yang selalu digelutinya. hebatnya lagi ketika berumur sepuluh tahun, syekh abdul qodir selalu di temani dan dikawal malaikat ketika beranjak dari rumah menuju pondok tempat beliau belajar ilmu agama islam. Hal inilah salah satu yang membuat derajat kewalian Syekh Abdul qodir sangat masyhur dipenjuru dunia. Berikut 3 karomah sakti luar biasa syekh abdul qodir Al-jailani1. Mampu Terbang Di udara dan memandang Lauh Mahfudz Salah satu Karomah super beliau sangat mencenganggkang adalah ketika beliau mampu melayang layang terbang di udara. Hal ini sama seperti riwayat yang dikatakan oleh syekh hafash . Selain itu ketika matahari terbit dipagi hari, matahari selalu memberi ucapan sama kepada syekh abdul qodir aljailani. Allah SWt juga memberikan sebuah keajaiban kepada syekh abdul qodir agar mampu memandang Lauh Mahfudz yang berada di atas langit. Syekh abdul qodir juga makrifat/ bisa mengetahui dan membedakan mana orang yang berkepribadian jahat dan baik. Hal luar biasa ini sungguh pantas beliau dapatkan karena beliau adalah sosok waliyullah yang faqih dan Mendidik Jin & Makhluk Ghaib Kedalaman ilmu agama yang beliau miliki, tak sedikit kejadian ghaib yang selalu dialami oleh syekh abdul Qodir. Dahulu pernah beliau bermukim di wilayah padang pasir tandus selama dua puluh lima tahun. Sering sekali syekh abdul qodir di ikuti oleh makhluk ghaib sebangsa jin diwilayah itu. Bagi orang biasa tentu mungkin akan merasa takut bila setan-setan akan datang mengganggu. Namun berkat keagungan Allah, Syekh abdul qodir mampu mengajari ilmu agama kepada jin/ setan itu. Jin itu didik beliau agar bisa beriman dan mengenal tuhannya yaitu Allah SWT. Berjalan Secepat Kilat Dahulu syekh Abdul pernah bercerita tentang kondisi Aneh yang beliau alami. Dahulu pernah beliau melakukan sebuah perjalanan Panjang di padang pasir daerah Baghdad. Tiba-tiba hal mengejutkan terjadi pada diri beliau, dalam kondisi tidak sadarkan diri beliau lari dengan kencangnya hanya dalam waktu satu jam perjalanan saja. Rasa aneh lantas terasa ketika beliau tiba-tiba telah sampai di daerah syastar. Secara akal hal ini tidaklah mungkin terjadi dikarenakan jarak kota Baghdad dan syastar umumnya hanya bisa ditempuh selama dua belas hari perjalanan. Namun karena keajaiban Allah, syekh abdul qodir bisa menempuhnya hanya dalam masa 1 jam Juga Kisah Waliyullah Membangkitkan Mayat Dalam Kubur Subhanallah, itulah sedikit kisah karomah super dari Waliyullah Syekh Abdul Qodir Al-Jailani, Semoga bermanfaat dan menginspirasi kita semua amin. Sumber kisah manaqib Syekh Abdul Qodir Aljailani. Wallahu A’lamu bishowab. Hidayah Ilahi Official kami adalah bloger religi islam Liputan6.com, Semarang - Ulama kharismatik asal Turki, Syekh Muhammad Fadhil Al Jaelani Al Hasani yang merupakan cucu ke-25 ulama besar Syekh Abdul Qodir Jaelani mengunjungi Semarang. Syekh Dr Muhammad Fadhil tiba di Balai Kota Semarang, Rabu, didampingi Pengasuh Pondok Pesantren Al Zuhri Semarang, Gus Lukman disambut langsung Wali Kota
PORTALMAJALENGKA - Syaikh Muhammad Fadhil al-Jailani yang merupakan cucu ke-25 dari Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, memberikan penjelasan mengenai arti bulan Rajab.. Dalam acara ijazah 'adzimah yang berlangsung di pesantren KHAS Kempek, beliau hadir secara virtual. Beliau, Syaikh Muhammad Fadhil al-Jailani memberikan iftitah atau pembukaan sebelum acara ijazah berlangsung.
Untuk diketahui, Syekh Fadhil merupakan cucu ke-25 Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang lahir pada 1954 di Desa Jimzarok, Provinsi Qurtalan Timur, Turki. Ia tinggai di Istanbul, ibu kota Turki. Semasa kecil, ia diasuh kakeknya, Syekh Muhammad Shiddiq al-Jailani, dan ayahandanya Syekh Muhammad Faiq al-Jailani al-Hasani. SyekhAbdul Qodir Al-Jaelani pun menjawab, "Wahai isteri-isteriku yang sedang berdukacita, kamu semua menangis karena kamu semua merasa telah berpisah daripada anak lelaki kita yang kamu semua sayangi. Tetapi aku sentiasa bersama dengan orang-orang yang aku sayangi. Kamu semua telah melihat anak lelaki kita di dalam satu ilusi yang disebut dunia. 7Q8r.
  • ulzczc4qoz.pages.dev/38
  • ulzczc4qoz.pages.dev/263
  • ulzczc4qoz.pages.dev/171
  • ulzczc4qoz.pages.dev/152
  • ulzczc4qoz.pages.dev/244
  • ulzczc4qoz.pages.dev/336
  • ulzczc4qoz.pages.dev/210
  • ulzczc4qoz.pages.dev/137
  • ulzczc4qoz.pages.dev/355
  • karomah syekh fadhil al jailani